PROFIL BIODATA KH. HASYIM ASY'ARI, PENDIRI NAHDLATUL ULAMA DI INDONESIA

Sebelum saya tuliskan tentang sosok Ulama Besar KH. Hasyim Asy'ari saya mau bilang bahwa kenyataannya sekarang banyak sekali anak-anak muda yang tidak kenal siapa beliau, banyak anak milennial yang merasa sangat kosong sekali tentang sejarah, mereka lebih disibukkan dengan kegiatan mereka yang semata untuk hiburan, tiktok, FB, IG, YT dan lainnya.

Nah, di kesempatan ini saya akan memberikan informasi mengenai siapa sih sebenarnya sosok ulama yang diberi gelar Hadratus Syekh ini. 


 Profil Biodata KH. Hasyim Asy'ari :

Nama Lengkap        : Hasyim Asy'ari

TTL                         : 10 April 1875, di Desa Gedang, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Nama ayah              : Ky. Asy'ari
Nama ibu                : Ny. Halimah
Nama lahir              : Muhammad Hasyim

Keluarga KH. Hasyim Asy'ari :

Beliau adalah putra ketiga dari 10 bersaudara. Ayahnya bernama Kyai Asy'ari, pemimpin Pesantren yang berada di sebelah selatan Jombang. Ibunya bernama Halimah. Sementara kesepuluh saudaranya antara lain: Nafi'ah, Ahmad Saleh, Radiah, Hassan, Anis, Fatanah, Maimunah, Maksum, Nahrawi dan Adnan. Berdasarkan silsilah garis keturunan ibu, K.H. Hasjim Asy'ari memiliki garis keturunan baik dari Sultan Pajang Jaka Tingkir juga mempunyai keturunan ke raja Hindu Majapahit, Raja Brawijaya V (Lembupeteng).

Salah seorang putranya, Wahid Hasyim adalah salah satu perumus Piagam Jakarta yang kemudian menjadi Menteri Agama, sedangkan cucunya, Abdurrahman Wahid, menjadi Presiden Indonesia. 


Masa Kecil KH. Hasyim Asy'ari :

Lahir dari keluarga Ulama membuat KH. Hasyim Asy'ari kecil sudah mendapatkan pendidikan agama Islam yang kokoh dari Ayahnya yang merupakan pemimpin pesantren di Jombang. Dan itu pula yang menjadikan Hasyim Asy'ari dikenal sangat cerdas dan mengusai banyak bidang dalam keilmuan Islam.

Selain itu, karakter pemimpin sudah tumbuh sejak beliau masih muda, terbukti dengan kegiatan beliau di usia 13 tahun yang ikut membantu abahnya untuk mengajar para santri, hingga kemudian usia 15 tahun beliau berkelana menimba ilmu dari pesantren satu ke pesantren lainnya.

Pendidikan KH, Hasyim Asy'ari :

Diantarannya pesantren yang pernah beliau singgahi untuk menimba ilmu adalah :

  • Pesantren Wonokoyo di Probolinggo
  • Pesantren Langitan di Tuban
  • Pesantren Trenggilis di Semarang
  • Pesantren Kademangan di Bangkalan
  • Pesantren Siwalanpanji di Sidoarjo 

Di Sidoarjo inilah beliau kemudian menemukan sumber ilmu yang semakin mematangkan kelimuan beliadu dari sosok Kyai Ya'qub. dan Sang Kyai sangat menyukai pemuda cerdas seperti Kyai Hasyim Asy'ari yang kemudian dinikahkan dengan Neng Chadidjah, puteri Kyai Ya'qub, setelah menikah beberapa saat kemudian di usia ke 21 beliau berangkat ke Mekkah bersama sang istri.

Di Mekkah beliau berguru pada Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, Syekh Muhammad Mahfudz at-Tarmasi, Syekh Ahmad Amin Al-Aththar, Syekh Ibrahim Arab, Syekh Said Yamani, Syekh Rahmaullah, Syekh Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin Ahmad As-Saqqaf, dan Sayyid Husein Al-Habsyi.

Pertama kali beliau belajar pada Syaikh Mafudz dari Termas (Pacitan) yang merupakan ulama dari Indonesia pertama yang mengajar Sahih Bukhori di Makkah. Syaikh Mafudz adalah ahli hadis dan hal ini sangat menarik minat belajar K.H. Hasjim Asy'ari sehingga sekembalinya ke Indonesia pesantren ia sangat terkenal dalam pengajaran ilmu hadis. Ia mendapatkan ijazah langsung dari Syaikh Mafudz untuk mengajar Sahih Bukhari, di mana Syaikh Mahfudz merupakan pewaris terakhir dari pertalian penerima (isnad) hadis dari 23 generasi penerima karya ini.[7] Selain belajar hadis ia juga belajar tassawuf (sufi) dengan mendalami Tarekat Qadiriyah dan Naqsyabandiyah.

K.H. Hasjim Asy'ari juga mempelajari fiqih madzab Syafi'i di bawah asuhan Syaikh Ahmad Katib dari Minangkabau yang juga ahli dalam bidang astronomi (ilmu falak), matematika (ilmu hisab), dan aljabar. Pada masa belajar pada Syaikh Ahmad Katib inilah K.H. Hasjim Asy'ari mempelajari Tafsir Al-manar karya monumental Muhammad Abduh. Pada prinsipnya ia mengagumi rasionalitas pemikiran Abduh akan tetapi kurang setuju dengan ejekan Abduh terhadap ulama tradisionalis.

Ada pula guru beliau yang sangat terkenal dengan karomahnya yang berasal dari Banten yang mukim di Makkah yaitu Syaikh Nawawi al-Bantani. Sementara guru yang bukan dari Nusantara antara lain Syaikh Shata dan Syaikh Dagistani yang merupakan ulama terkenal pada masa itu.

Perjuangan Kyai Hasyim Asy'ari :

Selain mendirikan Pondok Pesantren yang menjadi salah satunya terbesar di Jawa Timur yaitu Tebu Ireng, beliau juga mendirikan salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, bahkan dunia yaitu Nahdlotul Ulama' atau NU yang berarti Kebangkitan Ulama sebagai agen dari penyalur ilmu agama Islam.

Perjuangan besar Kyai Hasyim Asy'ari di indonesia tak luput dari penganiayaan, bahkan upaya pembunuhan dari penjajah, tindakan represif penjajah didasari keinginan arogan dan takut akan perlawanan yang dilakukan oleh rakyat dibawah pimpinan kakek dari Gus Dur ini, hingga beliau pernah dipenjara dan disiksa sampai salah satu jari beliau patah.

Atas tekad KH. Hasyim Asy'ari juga akhhirnya tercetus perang di Surabaya, resolusi jihad ini beliau serukan untuk melawan pasukan NICA kolaborasi sama Inggri yang ingin melakukan agresi militer ke Surabaya, hasilnya adalah penjajah dibuat menyerah karena semua rakyat keluar dengan senjata apa adanya untuk melawan.
 

Peristiwa 10 Nopember kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional.

Karya dan Prestasi :

K.H. Hasjim Asy'ari banyak membuat tulisan dan catatan-catatan. Sekian banyak dari pemikirannya, setidaknya ada empat kitab karangannya yang mendasar dan menggambarkan pemikirannya; kitab-kitab tersebut antara lain:


Risalah Ahlis-Sunnah Wal Jama'ah: Fi Hadistil Mawta wa Asyrathis-sa'ah wa baya Mafhumis-Sunnah wal Bid'ah (Paradigma Ahlussunah wal Jama'ah: Pembahasan tentang Orang-orang Mati, Tanda-tanda Zaman, dan Penjelasan tentang Sunnah dan Bid'ah).

Al-Nuurul Mubiin fi Mahabbati Sayyid al-Mursaliin (Cahaya yang Terang tentangKecintaan pada Utusan Tuhan, Muhammad SAW).


Adab al-alim wal Muta'allim fi maa yahtaju Ilayh al-Muta'allim fi Ahwali Ta'alumihi wa maa Ta'limihi (Etika Pengajar dan Pelajar dalam Hal-hal yang Perlu Diperhatikan oleh Pelajar Selama Belajar).


Al-Tibyan: fin Nahyi 'an Muqota'atil Arham wal Aqoorib wal Ikhwan (Penjelasan tentang Larangan Memutus Tali Silaturrahmi, Tali Persaudaraan dan Tali Persahabatan)[11]


Muqaddimah al-Qanun al-Asasi li Jam’iyyat Nahdlatul Ulama. Dari kitab ini para pembaca akan mendapat gambaran bagaimana pemikiran dasar dia tentang NU. Di dalamnya terdapat ayat dan hadits serta pesan penting yang menjadi landasan awal pendirian jam’iyah NU. Boleh dikata, kitab ini menjadi “bacaan wajib” bagi para pegiat NU.


Risalah fi Ta’kid al-Akhdzi bi Mazhab al-A’immah al-Arba’ah. Mengikuti manhaj para imam empat yakni Imam Syafii, Imam Malik, Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad bin Hanbal, tentunya memiliki makna khusus sehingga akhirnya mengikuti jejak pendapat imam empat tersebut dapat ditemukan jawabannya dalam kitab ini.


Mawaidz. Adalah kitab yang bisa menjadi solusi cerdas bagi para pegiat di masyarakat. Saat Kongres NU XI tahun 1935 di Bandung, kitab ini pernah diterbitkan secara massal. Demikian juga Prof Buya Hamka harus menterjemah kitab ini untuk diterbitkan di majalah Panji Masyarakat, edisi 15 Agustus 1959.


Arba’ina Haditsan Tata’allaqu bi Mabadi’ Jam’iyyat Nahdlatul Ulama. Hidup ini tak akan lepas dari rintangan dan tantangan. Hanya pribadi yang tangguh serta memiliki sosok yang kukuh dalam memegang prinsiplah yang akan lulus sebagai pememang. Kitab ini berisikan 40 hadits pilihan yang seharusnya menjadi pedoman bagi warga NU.


Al-Tanbihat al-Wajibat liman Yushna’ al-Maulid bi al-Munkarat. Kitab ini menyajikan beberapa hal yang harus diperhatikan saat memperingati maulidur rasul.

Sumber: Wikipedia 

Posting Komentar untuk "PROFIL BIODATA KH. HASYIM ASY'ARI, PENDIRI NAHDLATUL ULAMA DI INDONESIA"

close